12.13.2012

Anak di Bawah 12 Tahun Beresiko Kecanduan seks

Internet mungkin dapat dikatakan sebagai salah satu terobosan teknologi terbesar dalam sejarah manusia. Namun selain bermanfaat memberikan berbagai informasi, internet pun memunculkan dampak negatif seperti mudahnya akses ke pornografi online. Padahal kemudahan akses ini disinyalir berkontribusi terhadap kecenderungan tingginya kecanduan seks pada anak dan remaja.

Bahkan menurut terapis kecanduan seks, Paula Hall, hampir separuh penderita gangguan ini mulai menunjukkan gejala gangguan pertamanya sebelum berusia 16 tahun.

Setelah menggelar sebuah survei, Hall menemukan bahwa 40 persen remaja telah terbiasa menonton pornografi sebelum berusia 12 tahun dan 90 persen mengaku kebiasaan inilah yang membuat mereka kecanduan pada seks.

Survei itu pun menunjukkan bahwa faktor-faktor seperti orangtua yang berpisah/bercerai, bersekolah di sekolah khusus putra/putri dan terbatasnya pendidikan seks juga berperan terhadap munculnya kecanduan itu. Lagipula hampir separuh responden pernah mengalami pelecehan atau penganiayaan pada masa kanak-kanak sehingga semakin menguatkan kondisi kecanduan seksnya.

Tak hanya itu, survei ini juga memperlihatkan perbedaan sikap antara pria dan wanita terkait kecanduan seks yang dialaminya. Secara keseluruhan, pria lebih sering membutuhkan bantuan profesional untuk mengatasi kondisi kecanduan seksnya yaitu mencapai 57,3 persen sedangkan wanita yang butuh diterapi karena kecanduan seks hanyalah sebesar 38,3 persen.

Alasannya, 80 persen wanita pengidap kecanduan seks merasa 'afirmasi dan perasaan diinginkan' merupakan penghargaan terbesar bagi perilaku seksual mereka itu. Sedangkan bagi pria, 'kepuasan' diidentifikasi sebagai alasan di balik kondisi kecanduannya itu.

Tapi survei ini juga mengindikasikan konsekuensi negatif dari kecanduan seks. 65 persen responden mengaku kehilangan harga diri atau rendah diri dan hampir separuh responden mengalami gangguan kesehatan mental.

Hampir separuh responden pun mengaku kehilangan pasangan karena perilakunya itu, seperempat lainnya kecanduan ini mempengaruhi fungsi seksualnya.

Selain itu, 63 persen responden mengklaim kecanduan seks telah membuang banyak waktu mereka dan 42 persen mengaku ini menghambur-hamburkan uang mereka.

Ketika ditanya pengaruh terbesar yang membuat responden menderita kecanduan seks, sebagian besar responden sepakat bahwa hal itu dipengaruhi oleh mudahnya akses pornografi online dan kurangnya edukasi seks. Bahkan pengaruh kedua faktor ini dianggap lebih signifikan ketimbang pengalaman buruk di masa kecil.

Kecenderungan untuk sering menonton dan menyukai pornografi juga diidentifikasi sebagai akibat yang paling kentara dari kecanduan seks.

So, anda yang mungkin mempunyai anak dalam fase tersebut harus lebih berhati-hati dan lebih selektif dalam meminitoring anak anda, jangan sampai kejadian kecanduan seks bisa menjangkiti anak anda. 

Semoga artikel ini bisa bermanfaat bagi anda yang mempuyai anak dalam fase tersebut dan sekaligus sebagai penambah wawasan bagi anda.